Kebudayaan klasik Yunani yang dilanjutkan oleh bangsa Romawi menjadi tenggelam ratusan tahun karena orientasi berpindah ke ajaran Kristiani, dan abad gemilang menjadi abad kegelapan. Namun kemudian abad pertengahan tersebut dilawan atau didobrak oleh para seniman karena dianggap tidak memberikan kebebasan dalam berkarya. Untuk mewujudkan cita-cita budaya yang bebas secara kemanusiaan, maka orientasi berkarya seniman kembali kepada seni klasik kuno (Yunani-Romawi) yang naturalistis idealis dan didasari filsafat humanismenya. Penggalian kembali kaidah-kaidah klasik tampak semakin digalakkan. Tradisi berkarya seni rupa (khususnya seni lukis dan patung) kembali pada aturan-aturan seni klasik yang pernah berjaya. Gerakan kelahiran kembali ideal klasik ini dinamakan Renaissance (bahasa Perancis, dan renaitre dalam bahasa Itali, dan rebirth dalam bahasa Inggris).
Gerakan ini menggema bukan hanya dalam bidang seni lukis dan patung, tetapi juga arsitektur dan semua lapangan budaya. Sejak Renaissance inilah akan terlihat perjalanan yang sangat jelas dari sejarah seni rupa Barat. Sehingga kita bisa menemukan sebab akibat dari gerakan seni modern. Berikut sejarah seni di Eropa dalam setiap periode:
a.
Abad Ke-19
1. Klasisisme
Suasana abad ke-19 ini adalah suasana abad mesin uap. Kegemuruhan
mesin-mesin dengan suara buruh pabrik, kesibukan tambang, dan lalulintas kapal
laut dan kereta api, telegraf, dan alat potret. Dan sebagaiannya menjadi
tentangan bagi perkembangan seni rupa.
Para
seniman-seniman pada abad ke-19 ini menyadari tantangan abad baru ini. Namun
para seniman tidak menentang tetapi mengintegrasikan diri sambil mempertahankan
bidang seni rupa supaya tidak terlindas dan lenyap dilanda akibat kebangkitan
abad yang dasyat ini.
Pada
permulaan abad ini lahir berbagai aliran-aliran neo, hal ini disebabkan karna
orang-orang telah mulai menemui kebutuhan setelah mengalami kelimaksnya pada
zaman barok, yang telah ditandai oleh kehadiran Rococo.
Seni
patung pada permulaan abad ini belum terlalu mengalami perubahan seperti seni
bangunan. Namun setelah akhir perempatan abad ini , seni patung mulai mendapat
napas baru, karna munculnya aliran-aliran baru seperti impresionisme, Realisme,
dan lain-lain telah memberikan gaya baru bagi para seniman patung atau pematung
2. Romantic
Aliran Romantik ditandai dengan cahaya yang tegas, kaya warna,
dan komposisi yang hidup. Perbedaan Romantik dengan klasisisme pada pengambilan
tema, karna pengambilan tema pada Aliran Romantik memilih kejadian-kejadian
dasyat sebagai temanya, selain itu juga aliran romantic penuh dengan khayalan,
prasaan, pertualang tentang tejadian-kejadian masa kuno dan tentang
negeri-negeri timur yang fantastis.
Alian romantic ini banyak digunakan di baret atau eropa tertama
diprancis aliran ini sangat kuat terlihat pada seni bangunannya. Di Indonesia
juga terdapat pelukis atau seniman yang menggunakan aliran romatik yaitu Raden
Saleh karna memang beliau telah belajar dieropa.
3. Impresionisme
Mpresionisme sebenarnya adalah sebuah
kata ejekan pada lukisanClaude Monen (1840-1926) yang di pertunjukan pada
ppameran di paris tahun 1874. Lukisan itu menggambarkan tentang bunga teratai
dengan suasana pagi hari, dengan warna yang lembut, bentuk-bentuknya tidak
tegas, kekabur-kaburan oleh cuaca dan embun pagi. Walaupin gaya lukisan
impreionisme di ejek namun monet tetapmeneruskan aliran ini.
4. Neo Impresionisme
Pada dasarnya aliran impresonisme lebih mengutamakan cahaya, oeh karna
itu dapat dilihat karya-karya impresionisme belanda, kebanyakan memperlihatkan
efek cahayanya mendung seperti cuaca mendung belanda. Dan dari karya-karya
prancis tentang aliran impresionisme membawakan efek-efek cahaya cahaya yang
panas sesuai dengan keadaan udaranya perencis.
Pendapat ini melahirkan gaya melukis yang lain dari biasanya
yaitu meletakkan warna-warna dengan berdekatan yang dinamakan divisonisme.
Sebagai contohnya
Makin kecil petak-petak warna nya yang hapir merupakan
titik-titik, maka hal itu dinamakan Pointilisme. Keselutuhannya adalah
bentuk untuk membuat efek cahaya yang kuat dan aliran ini lah yang disebut
dengan neo impresionisme.
5. Realisme
Realisme dalam seni rupa abad ke-19
merupakan gerakan yang menolak tema Neo-Klasikisme dan Romantikisme. Seniman
Realis tidak mendasarkan karyanya pada tema mitologi Yunani dan Romawi atau
tema dari Timur Dekat, tetapi tema “di sini dan kini”. Mereka mendasarkan tema
lukisan mereka pada pengamatan sehari-hari.
Sebagaimana diketahui bahwa terdapat pertentangan dianatara kaum
Neoklasikisme dengan Romantisisme, namun pada hakekatnya mereka hanya berurusan
dengan hal yang tidak tidak nampak mata, yaitu rasio dan emosi, mereka adalah
kaum idealisme yang tidak menerima kenyataan apa adanya.
Tidak
demikian halnya dengan kaum Realisme, yang mempunyai pandangan dalam menghayati
alam ini tanpa ilusi, dan menerima sebagai objek seni sebagaimana apa adanya
yang kasat mata. Hal demikian dikuatkan oleh ucapan salah seorang tokoh
Realisme, yaitu Courbet seorang pelukis Prancis, dalam deklarasi
Realisme:”tunjukkanlah malaikat padaku dan aku akan melukiskannya”, suatu
ucapan yang menunjukkan betapa fanatismenya terhadap hal yang hanya dapat
dilihat oleh mata, dan bukan suatu ilusi, juga tanpa idealis apalagi distorsi.
Sebagai
konsekwensi dari ucapan kaum realism tersebut, mereka betul-betul mengungkapkan
suatu realita, tidak saja secara visual hanya mewujudkan objek dengan
realistis, namun mereka juga mengungkapkan realita kehidupan, tanpa
memperdulikan keindahan, kemolekan, kecantikan, tetapi apa adanya dalam
kehidupan sosial, kehidupan sosial kelas bawahpun sering diangkat menjadi objek
realita. Kalaupun melukiskan keindahan alam, namun sesungguhnya ia bukanlah
melukiskan keindahannya tetapi begaimana keadaan alam tersebut, yang Nampak
dalam panorama atau pemandangan.
6. Simbolisme dan Monumentalisme
Masyarakat beranggapan
bahwa agama tidah hanya sebatas penting saja tetapi menjadi factor
penting dalam seni, sehingga mulai meresapi jiwa para seniman. Maka muncullah
ilham untuk mewujudkannya dalam bentuk karya seni yang dinamakan aliran
simbolis.
Karya simbolis ini pada umumnya menggambatkan pergolakan batin
atau tentang perasaan seperti kegelisahan, pesimisme, dan kemurungan. Simbolisme
yang dibawa menjadi bentuk-bentuk yang lebih sederhanan yang mewujudkan hiasan
dan pelambangan. Hal tersebut dinamakan juga dengan momumentalisme.
Aliran ini sebenarnya lahir dari penggaliran seni kuno. Seperti
momunentalisme lahir setelah mempelajari hasil-hasil karya seniman mesir kuno
dan simbolisme berpangkal pada orientasi kesenian hindu.
Simbolisme libih mengutamakan unsure-unsur kerohanian sebagai
pengimbang dari periode impresionisme yang telah mengabaikan factor ketuhanan ,
maka pelopor-pelopor simbolisme mulai dengan membawakan aliran ini untuk
menyadari kembali akan hokum ada dan tiada.
b.
Abad Ke-20
Abad
ke-20 merupakan masa berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada
awal abad itu Wright bersaudara menemukan pesawat terbang. Beberapa tahun
kemudian Albert Einstein mengejutkan dunia dengan penemuaanya tentang materi,
waktu, dan ruang. Di sela-sela itu, terjadi dua perang dunia yang mengakibatkan
keterpurukan ekonomi di seluruh dunia dan ancaman serius bagi kemanusiaan. Atom
berhasil dibelah dan senjata atom pun diciptakan. Menjelang Perang Dunia II
abad itu juga ditandai dengan pengembangan alat komunikasi melalui radio dan
munculnya televisi. Selama periode itu muncul bentuk-bentuk seni rupa baru dan
konsep-konsep seni rupa yang menentang nilai-nilai tradisi masa lampau. Gaya
seni rupa dalam periode secara keseluruhan itu disebut dengan nama
“Modernisme”. Istilah Modernisme digunakan untuk menunjukkan perkembangan yang
meninggalkan naturalisme menunju abstraksi dan nonrepresentasi.
1. Seni Patung
Salah satu ciri khas yang membedakan seni rupa abad ke-20
dengan periode seni rupa yang lain adalah pergeseran dari naturalisme menjadi
abstraksi dan nonrepresentasi. Dalam seni patung kecenderungan pokok yang
muncul adalah abstraksi formalis, yaitu abstraksi yang didasarkan pada
pendekatan pemikiran rasional tentang hubungan-hubungan visual yang
terstruktur. Pada awal abad ke-20 Ekspresionisme bukan merupakan trend yang
penting dalam seni patung.
Tokoh
perintis patung moderen adalah Constantin
Brancusi (1876-1957). Brancusi adalah pematung kelahiran Rumania yang
datang di Paris pada tahun 1904. Dengan penyederhaan bentuk yang abstrak, ia
melangkah melampaui Rodin dan Mailol, mengawali seni patung modern.
2. Fauvisme dan Ekspresionisme
Istilah
Ekspresionisme digunakan untuk menunjukkan seni rupa yang mengungkapkan
perasaan emosional. Gerakan ini berkembang pada awal abad ke-20 berdasarkan
seni rupa Post-Impresionisme. Di Eropa seni rupa Ekspresionisme dapat dibedakan
menjadi Ekspresionisme Jerman dan Ekspresionisme Perancis. Ekspresionisme di
Perancis lebih dipenuhi oleh struktur dan komposisi formal dan kurang
mengandung emosi yang mendalam. Di Jerman ekspresionisme lebih merupakan
curahan situasi psikologis dan perasaan yang mendalam.
3. Kubisme
Kubisme
adalah gaya abstrak formalistik yang pertama-tama berkembang seiring dengan
Ekspresionisme sebelum Perang Dunia I. Istilah Kubisme dapat digunakan secara
umum untuk menunjukkan semua gaya abstrak geometrik pada abad ke-20 atau secara
terbatas menunjukkan gerakan-gerakan awal khususnya Kubisme Analitik dan
Kubisme Sinthetik. Tokoh Kubisme adalah Pablo Picasso dan Georges Braque.
4. Seni Patung Kubunisme
Konsep Kubisme meluas sampai
pada seni patung. Karya Picasso Guitar (1912) meninggalkan
tradisi seni patung, karena karya itu tidak dikerjakan dengan teknik membentuk,
teknik pahat, atau teknik cor, tetapi berupa konstruksi lempengan logam dan
kawat.
Jacques Lipchitz (1891—1964)
adalah salah satu pematung Kubisme yang penting di Paris. Secara khusus, ia
mentransformasikan bentuk-bentuk datar Kubisme Sintetik kedalam bentuk pejal
yang menyusut menjadi bidang-bidang. Man with a Guitar (1915),
patung konstruksi dari batu gamping, adalah salah satu karya awal Kubisme yang
terkenal. Karyanya selanjutnya Figure (1926—1930), meskipun pada
dasarnya masih bergaya Kubisme, karya ini mengandung unsur ekspresi yang
mungkin merupakan pengaruh patung Oseania atau Afrika.
5. Kubisme dan Arsitektur
Kubisme juga memberikan
tantangan bagi para arsitek untuk meninjau kembali pendapat tradisional tentang
bentuk dalam ruang tiga dimensional. Arsitektur abad ke-20 menekankan
bentuk-bentuk geometrik dan rasional, dan bukan bentuk-bentuk organik dan
emotif.
Frank Lloyd Wright merupakan
salah seorang arsitek Amerika pada abad moderen yang penting. Ia menerapkan
prinsip-prinsip Kubisme dalam karyanya “prairie houses” pada awal abad
ke-20. Rancangan seni bangunnya memberikan banyak pengaruh pada arsitek-arsitek
moderen lainnya, misalnya Rietveldt.
Rancangan Wright Robie
House (Gambar ) di Chicago tersusun dari blok-blok ruang yang abstrak
yang mencuat ke berbagai arah. Konsep dasar desain Wright, menggunakan
bentuk-bentuk geometrik yang saling menerobos pada dasarnya sama halnya dengan
bentuk-bentuk yang digunakan oleh para pematung Kubisme dan pelukis Kubisme
Sintetik akhir.
6. Futurisme Itali
Pada tahun 1909, penyair Itali
Filippo Thommaso Marinetti menulis Manifesto Futuris yang mendukung perubahan
radikal dalam dunia kesenian, dengan mencerminkan dinamisme abad yang baru.
Para Futuris menghendaki seni rupa yang mengagungkan mesin dan konsep dinamisme
secara umum. Dalam karya mereka, gerak dan mekanisasi merupakan tema yang
penting. Secara ironis, banyak di antara tokoh Futuris yang tewas dalam Perang
Dunia I, oleh mesin penghancur yang mereka agungkan dalam karyanya. Lukisan
Futuris sering ditandai dengan penggunaan gambar ganda (multiple images)
untuk mengesankan gerak benda atau manusia dalam ruang dan waktu. Efek yang
dicapai mirip dengan pengamatan film bioskup dari frame ke frame.
Gambar ganda ini juga dikaitkan dengan perkembangan fotografi eksperimental,
misalnya pada karya Muybridge.
7. Suprematisme Konstruktivisme Di Rusia
Sebelum Perang Dunia I dan selama
Revolusi Rusia terjadi perkembangan besar dalam seni rupa moderen di Rusia.
Perkembangan seni rupa advant-garde ini berlangsung hingga sekitar tahun 1920.
Seniman moderen Rusia menerapkan konsep dasar Kubisme dan Futurisme. Mereka
juga mengembangkan lebih lanjut gagasan konstruksi Picasso dalam seni patung
dan mencapai keunggulan dalam cabang seni rupa ini.
8.
Seni
patung
Di
Rusia seni patung Konstruktivisme dikembangkan oleh sekelompok seniman yang
menerapkan prinsip-prinsip Kubisme dalam bentuk tiga dimensional. Seniman
Konstruktivisme menolak pandangan tradisional tentang seni patung sebagai
volume yang dibatasi oleh massanya. Sebaliknya, mereka beranggapan bahwa seni
patung sebagai susunan ruang positip dan ruang negatif. Para pematung
Konstruktivisme tidak menggunkan teknik tradisional (misalnya teknik pahat atau
membentuk), tetapi dengan cara merakit berbagai jenis bahan (seperti kayu,
logam, plastik, dan tanah liat). Kadang-kadang mereka juga menggunakan cara
mengikat atau memasang bahan-bahan tertentu pada suatu tempat dengan
teknik-teknik nontraditional. Sering kali karya mereka bersifat kinetik, dengan
bagian-bagian yang dapat
bergerak untuk menekankan konsep dinamisme.
0 komentar:
Posting Komentar